KOMISI PEMBERANTAS
KORUPSI
Lembaga ini begitu penting dalam memberantas penyakit
kronis dinegeri ini. Banyak kasus korupsi terbongkar atas jerih payah mereka.
Tak sedikit pejabat publik bolak-balik masuk pengadilan dan merasakan dinginnya
sel tahanan. Tekanan yang datang silih berganti seperti tak pernah dirasakan.
Dipundak anak-anak muda inilah
sebagian harapan ditumpukan. Jumlah mereka tak jelas, mungkin ratusan, bisa
juga ribuan. Tersebar dari kota besar sampai pelosok desa. Pada awalnya mereka
berangkat dengan satu semangat, peduli terhadap ancaman jahat praktek korupsi,
yang dari tahun ke tahun seperti tak kunjung surut.
Belakangan memang tak sedikit LSM yang ternyata Cuma
mencari keuntungan sesaat atau paling tidak batu loncatan atau pengurusnya
masuk partai politik. Dengan niat baik inilah rapat redaksi pada pekan pertama
Oktober lalu memutuskan memilih LSM antikorupsi terbaik sebagai tema liputan
khusus Tokoh Tempo 2011. Dalam diskusi singkat menjelang makan siang seusai
rapat perencanaan, tema ini menyisihkan usul lain yang sempat muncul, seperti
jaksa dan polisi terbaik. Mereka diharapkan bisa menjadi “anjing pengawas” para
pengelola anggaran Negara.
Indonesia Corruption Watch (ICW). Didirikan ditengah
euphoria reformasi, 21 Juni 1998, lembaga ini dinamai Komisi Masyarakat untuk
penyelidikan Koprupsi. Sejumlah aktivis antikorupsi menjadi pendiri ,
dianataranya Teten Masduki, Bambang Widjojanto, dan Marsillam Simanjuntak.
Pada tahun awal, ICW lebih berkonsentrasi membangun
model, mereka membongkar sejumlah sekandal korupsi kakap. Sebagian sudah
diputus pengadilan, tapi tak jarang juga yang dihentikan. Seperti: 11 Februari
2011 yaitu dugaan pengembangan biaya diplomat dilaporkan kejaksaan Agung
sebagian pelaku sedang disidang. Satu orang telah divonis. Kami sadar bahwa
pilihan ini tidak sempurna. Bisa saja, setelah 7 lembaga nirlaba antikorupsi
ini nobatkan sebagai Tokoh Tempo 2011, terkuak noda dari mereka yang terpilih.
Atau sebaliknya, ada lembaga yang lebih layak dipilih tapi input dari radar
kami. Namun, seperti prinsip dasar yang kami pahami, kebenaran dalam sekuel
tertentu bisa berubah ketika waktu menunjukan hal sebaliknya.
Anggota Jikalahari adalah anak-anak muda yang sudah
akrab dengan alam sejak duduk dibangku kuliah. Sebagian besar mereka dari
mantan anggota mahasiswa pencipta alam bergabung dengan jikalahari. Hal inilah
yang menguntungkan jikalahari. “ Regenerasi bisa berjalan karena ada
adik-adik,” kata Muslim. Jejak mereka itu yaitu pada tahun 2008: melaporkan
korupsi diBank NTB periode 2007-2009, meliputi korupsi penyaluran kredit Rp
28,4 miliar, honor pengurus Bank NTB periode 2003-2007 Rp 1,6 miliar.
Bayangkan betapa gerahnya sang kontraktor, setiap
jengkal pengaspalan jalan disebuah desa terus menerus dipelototi penduduk. Bila
suatu titik jalan menyempit, biarpun Cuma 1 sentimeter, orang-orang segera
berseru. “ini pasti korupsi” kalau sudah begini, pengaspalan mesti diulang
sampai lebar jalan sama persis. Pos pengaduan Korupsi, yang tadinya ada dirumah
Ismail dan Nurkamah, kini pindah ke Balai Desa Bagu, menyatu dengan ruang
perpustakaan desa.
Mungkin lantaran lebih nyaman, penduduk masih sering
datang ke rumah ismail atau nurkamah untuk mengadu. Yang paling sering diadukan
adalah program beras untuk rakyat miskin. Daya kritis memang telah tumbuh
diBagu. “kami tidak bisa ditipu lagi,” kata nurkamah. Pada intinya, KORUPSI
adalah gejala. Penyakitnya adalah minimnya integrasi. Pendidikan integritas itu
dilakukan bukan melalui teori dan wejangan. Integritas diajarkan lewat contoh,
keteladanan.
Pemimpin harus menjadi contoh manusia berinteg. Rumah
tangga harus menjadi pilar membangun manusia berintegritas. Orang tua harus
belajar mempratekkan kehidupan dirumah yang bertumpu pada karakter manusia berintegritas.
Selain itu, makin hari makin jelas bahwa korupsi yang dilakukan kaum terdidik
itu dahsyat. Kaum terdidik tidak hanya melakukan korupsi karena kebutuhan, tapi
justru sering keserakahan. Fenomena ini seakan-akan mengirimkan pesan pahit:
dunia pendidikan menjadi penyuplai koruptor.
Peperangan melawan korupsi pun harus dilakukan secara
kolektif. Rakyat bisa menjadikan kamera ditelepon selulernya sebagai bamboo
runcing masa kini. Pantau dan monitor praktek korupsi dimanapun. Jadikan
seluruh Indonesia sebagai wilayah yang tak bersahabat bagi para korupsi.
Tidak pernah sejarah dalam bangsa ini
gegap-gempita melawan korupsi sekuat beberapa tahun belakangan ini. Sejak
gelora reformasi bergulir, genderang perang melawan korupsi makin kuat gemanya.
Usaha mensejahterakan rakyat seperti program di bidang kesehatan dan pendidikan,
bahkan kemandirian ekonomi itu relatif sepi perlawanan dan memang tidak pantas
ditentang. Tak ada alasan menentang karna itu sewajarnya dikerjakan negara. Ini
semua adalah kegiatan yg sifatnya meng-ada-kan yang belom ada, bukan meniadakan
yg sudah ada.
Perang melawan korupsi berbeda dengan program lain yg
dijalankan negara. Memerangi praktek korupsi adalah meniadakan yang ada,
memangkas pendapatan koruptor ke pengadilan dan hukum.
Koruptor tak berminat pasif, sekedar duduk-duduk
santai, sambil berharap tidak diciduk. Mereka akan melawan. Hal itu sudah
jamak, predictable dan lumrah. Krena itu, jangan heran kalu usaha melawan
korupsi akan mendapat perlawanan hebat. Siapapun yang berada di ranah
pemberantasan korupsi tak boleh “manja” minta di sayang, di sambut dengan halus
dan bersahabat. Para pemberantas korupsi itu akan dihajar fitnah, digempur
perang opini, dan dilemahkan dengan semua cara. Karena itu para pejuang anti
korupsi harus selalu tangguh.
Banyak contoh korupsi yang sudah terjadi di indonesia.
Diantaranya dugaan korupsi dana cadangan umum untuk bencana alam tahun 2004.
Lalu kasus korupsi dana aspirasi yang melibatkan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Garut. Adapula korupsi pemeliharaan jalan periode tahun 2005,
rasuah terkait dengan kebijakan pendidikan yang diduga melibatkan
pejabat-pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan Garut, hingga dugaan gratifikasi
kepada Bupati Garut dalam kasus Pasar Kadungora dan Pasar Cikajang.
Dan akhir akhir ini juga banyak kasus korupsi yang
ramai di bicarakan di media massa maupun media cetak. Mulai dr kasus Century,
Wisma Atlet sampai yang sekarang sering di bahasadalah kasus Hambalang.
Moda para pejuang anti korupsi ini mungkin hanya
tinggal semangat. Tapi, dengan stitik bekal itu sangat penting dalam membrantas
penyakit kronis di negri ini. Banyak kasus korupsi terbongkar atas jerih payah
meraka. Tak sedikit pejabat publik bolak-balik pengadilan dn merasakan dingin
nya sel tahanan. Tekanan yang datangsilih berganti seperti tak pernah
dirasakan. Di pundak anak anak muda inilah harapan ditumpukan.
TANGGAPAN
SAYA:
Saya sangat-sangat setuju bahwa pelaku korupsi harus diproses sesuai hukum yang ada dan dihukum dengan setimpal
oleh apa yang mereka perbuat. Menurut saya
pengawasan terhadap masalah korupsi di negeri ini haru di awasi dengan seksama. Karena korupsi yg terjadi di Indonesia
sudah sangat meprihatikan. Dari proyek berukuran besar hingga kecil pasti ada
saja dana yang diselewengkan untuk kepentingan pribada. Cara
yang termudah untuk memberantas korupsi ini sendiri, perlunya kesadaran dari
kita-kita ini juga. Jangan pernah
mau dibohongi seperti diberi uang pelicin maupun tutup mulut untuk tidak
membicarakan atau membongkar kasus tersebut. Bila sudah seperti ini semua
pengeluaran dana yang terjadi berjalan secara transparan. Sehingga bisa
benar-benar diawasi oleh masyarakat juga. Tentang penanganan terhadap
pelaku korupsi, tentunya uang hasil korupsi harus dikembalikan secara penuh dan
proses hukum terus berjalan, bisa juga dengan cara menyita semua aset yg
dimiliki oleh koruptor. Supaya hasil korupsi yang sudah disia juga bisa
dikembalikan kepada tempat atau penggunaan yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar